8 Desember 2015 2 komentar

Antara Kamu dan Bubur Ayam

Haaaaaai :D
Udah hampir sebulan terakhir tiap hari saya makannya bubur ayam trus. Pagi bubur ayam, ntar sorenya bubur ayam lagi. Sampai temen-temen gak mau nemenin karna saya slalu pengennya beli bubur ayam trus. Tapi untungnya saya jadi tahu banyak warung bubur ayam di Malang. Kamu tahu kenapa? Yaa, karna kamu Hahaha :D

Bukan...Bukan. Bukan karna kamu kok.
Cuman, dengan makan bubur ayam, saya gak perlu ngunyah lama-lama, karna kalo makannya lama, saya kebanyakan mikir jadinya. 

Minggu-minggu ini minggu terberat, dan semester yang benar-benar terberat  (:sampe bikin nangis) yang saya lalui. Jadwal antara studio Urban Design yang tabrakan dengan jadwal KKN belum lagi TUBES dan tugas-tugas tiap mata kuliah yang terus beranak-pinak. Yang lebih parahnya lagi urusan HATI benar-benar mengganggu semester ini.

Kamu tahu? Kata mereka temen-temen deketku, saya berubah sekarang, jadi gampang baperan, moody-an, dan berisik banget ceritain tentang kamu kalau lagi rindu.

"Yaa ampuuun Han, kamu nggak pernah kayak gini looo"
"Ini baper-nya keterlaluan Han. Bener-bener keterlaluan"
"Anehnya Hani itu bapernya di semester ini, semester tua. Orang baper itu di semester awal-awal"
"Plis Han, jangan galau mulu"
"Ya ampuuun Han alay banget deh"
"Ini bukan Hani yang aku kenal deh"
"Kok sekarang galau mulu sih Han?"
"Han, stop ngomongin dia -__-"

Kamu tahu? Tiap hari saya kayak orang bego yang selalu nge-check semua akun sosmed kamu. Mantau apa aja aktivitas kamu. Ngeliat kamu akunya speechless, dan jadinya gak bisa ngomong dan ujung-ujungnya saya pergi menghindar. Dan itu bukan saya banget sebenernya -__-

Saya nggak pernah segalau ini dan separah ini bapernya. Mungkin ini karna saya masih banyak kurang bersyukur. Sekarang, saya belajar untuk mengabaikan informasi tentangmu dan berhenti mencari tahu tentangmu. Apapun tentang kamu, hanyalah angin lalu. Itu artinya, udah saatnya saya berhenti makan bubur ayam.
Jadi suatu hari nanti, kalau kita bertemu lagi. Yang kuingat tentangmu adalah saya galau karna kamu larinya ke bubur ayam :D 

Semua ini salah siapa? Salah kamu. Kenapa kamu bisa se-berterus terang itu di semua sosial media kamu? 
Sumber: www.pinterest.com
29 November 2015 0 komentar

Rindu (?)

Hampir dua minggu yaa. Kamu gimana kabarnya? Sehat kan?
Aku selalu menghitung dan mengingat-ingat kapan terakhir kita ketemu, kapan terakhir kita ngobrol? Mungkin ngobrol bukan kata yang tepat yaa, tapi kapan terakhir kita saling sapa. Kita tidak pernah terlibat obrolan yang menyenangkan dan tidak ada interaksi selain sapa atau nanyain tugas, hanya sebatas itu.
Hampir dua minggu yaa. Kamu ngitungin nggak? Hahaha J
Tidak melihatmu dalam waktu yang cukup lama cukup membuatku merasakan merindu. Hanya dengan melihatmu ada dan terlihat baik-baik saja itu sudah cukup, tak perlu dengan kata. 
Benar apa kata orang-orang..

“Apa yang paling menyenangkan dari rindu?
Berharap temu tapi kadang aku takut untuk bertemu. Takut setelahnya pertemuan selesai aku akan kembali pada rutinitas yang sama. Menungu ujung siklus dimana kita bisa melakukan temu.
Kamu tahu apa yang menarik dari rindu? Ialah fakta bahwa ia terletak pada lobus yang berdampingan dengan cinta. Jadi kalau aku merindu temu. Aku sedang mencintaimu saat itu” –NN

Untuk kamu yang sedang patah hati dan galau yang entah oleh karena siapa. 
Semudah itukah kamu berterus terang dengan semuanya? Tak tahukah kamu aku yang galau karna itu. Kamu galau karena dia, aku galau karena kamu... dan berlanjut entah sampai kapan. Hahaha :D

Note: 
Maaf sedang galau, karena seseorang yang sedang dibuat galau oleh orang lain. Terimakasih kamu yang sampai sekarang selalu menjadi orang yang selalu mampu membolak-balik hati dengan cepat yang membuatku mengerti bahwa batas antara bahagia dan sedih itu tipis. :)
Sumber: www.pinterest.com
23 April 2015 0 komentar

Nyaman ? Itu Urusan Nanti :)

Hari itu hari terakhir perjalananku di kota hujan itu, karena project yang kukerjakan sudah selesai, dan berarti berakhir juga kebersamaanku dengan dia. Mungkin pas pulang nanti,  kita  sama seperti sebelumnya, hanyalah orang asing yang tak saling mengenal. Mungkin aku yang terbawa perasaan selama perjalanan kita kemarin, menganggap kalau kebersamaan kita kemarin itu adalah sesuatu yang lebih.

Hari itu, aku tak tahu harus pulang dengan siapa. Teman-teman sesama magangku sudah ada yang menjemput. Aku harus berburu waktu karena kereta-ku berangkat jam 6 sore ini. Satu-satunya yang masih ada di kantor cuman dia dan dia-pun menawarkan untuk mengantarku. Ini bukan pertama kalinya dia mengantarku. Aku terpaksa mengiyakan karena cuman dia pilihan yang aman dan cepat untuk balik ke kost sesegera mungkin.  

Dia kencang sekali menyetir hari itu, tak peduli jalan lurus atau tikungan, Dia kenapa? Aku cuman diam dan bertanya-tanya dalam hati.  Tiba-tiba dia mengerem mendadak dan memberhentikan mobilnya di bahu jalan.
Aku       : “Kenapa berhenti? “
Dia        : ................................
Aku       : “Kenapa sih? “
Dia        : .................................

Dia masih hening dan tidak berbicara sedikitpun. Dia turun dari mobil dan duduk di pondok kecil di samping hutan tepi jalan raya itu. Aku mengikuti dan duduk di sampingnya karna dia yang juga masih enggan bicara.

Aku         : “Kenapa sih? Lo capek? Sakit? Ya udah sini gantian, biar gue yang nyetir”
Dia          : ........................

Aku bingung dia kenapa. Dia mengeluarkan rokoknya dan mulai mengisapnya. Sudahlah, lebih baik aku diam saja toh mungkin dia lelah pikirku.

Dia          : “Aku mau ngomong”
Aku      : “Akhirnya ngomong juga. Kenapa berhenti? Ntar gue ketinggalan, anak-anak yang lain udah duluan tuh”
Dia        : “Apapun yang terjadi selama kita beberapa hari kemarin, biarin semuanya tinggal disini. Apapun yang terjadi semuanya yaa berakhir disini, dan disana nanti pas kita pulang gak akan ada apa-apa”
Aku         : “Ha? Gue nggak ngerti maksud lo”
Dia          : “Gak akan terjadi apa-apa diantara kita setelah pulang nanti”
Aku         : “Iyalah,  emang kita kenapa?”
Dia          : “Yaa, bagus lo ngerti. Kita nggak ada apa-apa dan nggak bakal terjadi apa-apa nanti.”
Aku         : “Lo kenapa sih? Sakit kah? Sini aku gantiin nyetir. Kita yaa kita yang sekarang. Lo ya elo yang baru kenal beberapa hari kemaren ini.”
Dia           : “ ......”
Aku          : “Kenapa?”
Dia          : “Salah gak sih kalo gue nyaman sama lo? Nyaman sama kebersamaan kita yang beberapa hari kemaren ini?”
Aku          : “ ....................................... "
Dia        : “Ini salah gue, gue udah punya cewek, tapi gue ngerasa sama lo itu beda, kita itu saling ngerti, gue ngerasa bebas banget kalo lagi bareng sama lo. Gue bisa jadi diri sendiri dan apa adanya di depan lo. Apa gue salah  ?”
Aku          : “Mmmmm, lo gak salah. Mungkin lo cuma kebawa suasana aja. Dah ayo lanjut. “
Dia         : “Gue tahu mungkin lo sekarang mikir yang aneh-aneh tentang gue. Tapi gue cuman mau bilang makasih udah jadi teman perjalanan yang menyenangkan banget buat gue selama kemaren ini. Makasih udah baik dan perhatian sama. Makasih buat semuanya, dan setelah gue ngomong ini gue mohon lo gak berubah, lo tetep kayak gini, tetep ceria dan apa adanya. Semua cerita kita yang terjadi selama beberapa hari kemarin, biar semuanya bermula dan berakhir disini, dan pas kita pulang nanti gak ada yang tersisa. Gue gak mau antara kita, nanti ada yang sakit hati. Maaf ya gue udah ngomong gini sama lo. Oke ayo kita lanjut.”
Aku          : Hmmm, ayo lanjut. Kita dah jauh ketinggalan.

Selama sisa perjalanan itu hening yang menemani kita. 

------------------------------------------------------------o -------------------------------------------------------


Note :
Serius ini bukan curahan hati saya, ini cerita temen yang sedikit diubah alurnya. Akhir-akhir ini orang terdekat banyak yang memiliki cerita hampir sama kayak yang di atas. Mungkin banyak dari kita yang di dalam perjalanan bakalan nemuin situasi kayak gitu, saling nyaman di suatu perjalanan terlepas dari status masing-masing pihak. Jujur saya termasuk orang yang mudah terbawa perasaan dalam perjalanan, tapi yaa itu hanya sebatas kisah hari itu saja, selepas hari itu sudah selesai tak ada yang harus dikenang lagi. Jadi, buat saya rasa nyaman itu biarlah hanya menjadi rahasia sendiri, mau seseorang itu juga ngerasain hal yang sama, itu urusan nanti. Biarkan waktu yang menjawab. Karena, rasa nyaman itu adalah bonus dari perjalanan kita dengan orang yang tepat  :)

6 Februari 2015 0 komentar

Mocca live Concert in Malang

Assalamu'alaikum readers :)
Ini postingan saya di awal tahun ini. Sebenernya banyak yang mau saya share, tentang liburan ke jogja, backpaker-an nekat ke Ranu Kumbolo, meet and greet Trinity dan Raditya Dika,dll tapi masih males buat nulisnya. Sekarang saya share tentang konser MOCCA ini aja dulu yaa :D

Saya suka Mocca sejak awal SMP. Lagu yang pertama saya denger itu yang Secret Admirer karna MV yang unyu banget dan langsung suka. Juga karna vokal-nya Arina yg khas banget. Sampe sekarang saya masih suka banget  sama Mocca. Kalo ditanyain penyanyi kesukaannya siapa, pasti jawabnya Mocca. :D 

O, iya hari itu pas buka twitter ada info presale tiket Mocca  yang bakalan diadain di Malang dan gimana caranya saya harus nonton, secara ini Mocca, ini Mocca. Waktu itu posisi saya pas lagi di rumah dan harga tiketnya Rp 25.000,-. Itu murah banget menurut saya untuk ukuran konser. Akhirnya nge-chat adminnya dan pesan tiketnya, dan saya bingung banget mau transfer pembayarannya lewat apa. Saldo di ATM kosong, uang lagi gak ada, minta ortu segan.

Akhirnyaa.....

Alhamdulillah ya, om saya ke rumah siang itu dan pas pulang dia ngasi duit buat tambahan jajan katanya, emang rezeki kali yaa. Saya langsung cus ke bank buat transfer uang untuk tiket presale tuh . Pas saya ke Bank B**, ternyata antriannya panjang banget sedangkan batas waktu penutupan pembayaran tinggal setengah jam lagi. Saya udah panik sendiri, apalagi antriannya makin lama gini. Dan pas giliran saya maju, teller banknya ngomong gini:

Petugas: “Ada yg bisa saya bantu?”
Saya: “Mau transfer” (sambil nyerahin form yg udah saya isi)
Petugas: “Transfer ke rekening XXX sejumlah XXX untuk pembayaran tiket konser MOCCA. Mohon tunggu sebentar ya mbak”
Saya : “Iya” 

Setelah menunggu sekitar lima menitan. Udah hampir jam dua siang batas terakhir transfer buat tiketnya.

Petugas : “Maaf mbak, sistem kami jaringannya sedang bermasalah. Mohon tunggu sebentar lagi.”
Saya : “Iya, tapi ini kira-kira lama gak mas?” 
Petugas : “Belum tahu mbak. Mbak, ini konser Mocca nya di Malang ya?”
Saya : “Iya, mas.”
Petugas : “Kuliah di malang ya mbak?”
Saya : “Iya mas.”
Petugas : “Oo, iya iya. Saya juga suka Mocca apalagi yg lagunya Secret Admirer itu.”
Saya  : “Oh, iya iya mas.”

Masnya nggak ngerti saya panik apa, malah ngajakin ngobrol gitu, makanya gak saya respon banget.
Petugas : “Maaf mbak, bisa minta nomor hpnya, nanti kalau sudah terkirim akan saya informasikan lewat sms.”

Saya : “kira-kira lama gak mas? Saya butuh cepat soalnya.”
Petugas : “Kurang tahu mbak, mungkin mbak bisa coba ke bank XXX cabang lain.”
Saya : “Iyalah mas, saya coba ke tempat lain dulu.” 

Saya langsung buru-buru keluar, mau coba ke Bank B** cabang satunya. Pas mau keluar eh Mas Tellernya manggil.

Petugas : “Mbak, sudah bisa.”
Saya  : “Oke, makasih banyak mas”
Petugas : “Iya mbak. Selamat nonton konsernya ya”
Saya : “Eh? Iya iya mas”

Absurd banget dialog saya sama mas-mas teller bank itu, tapi  seneng aja karna ada juga yang tahu Mocca. Secara sering banget ada temen yang nanya "Nonton siapa Han? Mocca? Band mana tuh? Kok gak terkenal yaa?" Males banget ngerespon orang yang nanya gituan.  

Pas beli tiket presalenya itu masih bulan Agustus, sedangkan konsernya masih lama tgl 20 November nanti. Saya udah gak sabar banget lah pengen nonton konsernya, apalagi saya nggak pernah nonton konser-konser gituan. Ngebayangin kalo saya bakalan nonton penyanyi yang disukain, udah seneng banget. Pokoknya mau apapun yang terjadi malam tgl 20 Nov itu, entah ada asistensi. ada kuliah, ada kuis, pokoknya saya gak ikut, pokoknya saya harus nonton.

Akhirnya hari itu tiba juga, dan Alhamdulillah saya free dan bisa malamnya. Udah gak sabaran banget dan hari itu bawaannya seneng mulu pokoknya. O, iya kan saya punya 3 tiket tuh rencananya mau nonton sama temen2 SMA, tapi mereka pada gak bisa, dan akhirnya ngajakin lusi eh gak bisa juga. Akhirnya saya kesana sama Zahra doang. Sebenernya sih mau sendirian saya juga bodo amat, yang penting nonton, urusan pulang ntar aja dipikirin. Ternyata pas masuk gedungnya itu di luar ekspektasi saya, tribunnya masih sepi, dan yang datang masih sepi banget padahal udah jam 7 an. Katanya Mocca baru keluar jam 9-an, dan sebelum jam 9 itu yang tampil band-band lokal, dan saya udah ngantuk saking bosennya. Pas udah jam 9-an ternyata Mocca nya gak keluar-keluar juga, dan pengunjung yang datang juga  gak makin rame, bedalah ekspektasi saya yang ngebayangin konser itu bakalan desak-desakan, mungkin karna Mocca kali yaa, kan gak banyak yang suka Mocca, padahal Mocca kan sesuatu banget :)

Akhirnya jam 10-an Mocca tampil juga, lampu semuanya dimatiin, trus musik opening-nya dahsyat banget, bikin saya merinding. Saya masih mikir, ini beneran kah, saya nonton Mocca? Masih serasa mimpi. Lagu yang pertama di bawain tuh Dear Diary, abis tuh I Love You Anyway.  Demi Apa, Mbak Arinanya cantik banget pake gaun kuning gitu, Walaupun udah keliatan berumurnya tapi tetep cantik, suaranya bener-bener jernih banget, trus ramah banget lagi. Untung saya dapet tempat pas didepan pagar batas, jadi Mbak Arina-nya keliatan jelas banget. Serius, saya seneng banget hari itu. Setiap lagu yang dinyanyiin, saya ikutin sambil joget-joget. Kata zahra saya heboh banget, joget-joget kayak cacing gak jelas. Bahagiaaaa banget hari itu. Yaaa, siapa yang gak seneng coba, ngeliat Mocca langsung, kan dahsyat banget. Pas Mbak Arina-nya nyanyiin lagu The Best Thing, saya makin heboh teriak dan joget-joget karna itu lagu Mocca yang paling saya suka. 

Akhirnya konser itu selesai sekitar jam 12-an lewat.Saya bingung gimana caranya pulang, karna tadi berangkatnya naik angkot dan nggak mikir kalo pulangnya pasti bakalan malam. Saya bilang ke Zahra kalo pulangnya sama temen SMA saya aja, biar saya suruh mereka jemput. Eh zahranya gak mau. Kita bingung mau pulang naik apa. Apa jalan kaki? Kalo jalan mungkin sekitar setengah jam-an, gak lama sih, tapi ini tengah malam, kami berdua doang dan perempuan lagi. Akhirnya kita jalan dulu aja di sepanjang trotoar Jl. Veteran tuh, dan untung aja ada taksi yang nongkrong pas di depan Matos. Saya ragu sih sebenernya kalo naik taksi, apalagi malam-malam gini, takutnya sopirnya yang gatel-gatel kayak di film2 itu, dan ternyata sopirnya bapak-bapak/kakek yaa nyebutnya, pokoknya udah berumurlah, dan dia mau nganterin kami. Dan Alhamdulillah sebelum jam 1 udah sampe di kosan. Yeaaaaaaaaah :)
Akhirnya satu-persatu keinginan saya bisa kesampaian sejak tinggal di kota ini. :)






Nonton Konser MOCCA

Sekian, cuap-cuap saya  yang panjang banget dan gak jelas ini. Wassalam :)


 
;