25 Februari 2017 1 komentar

Kisah dari Selatan Kalimantan

Assalamu'alaikum :)

Awalnya gak pernah kepikiran kalau akhirnya bisa menginjakkan kaki di Tanah Borneo. Dulu gak pernah kepikiran pengen ke Kalimantan, soalnya mikirnya karakteristiknya Kalimantan yang gak beda jauh sama Riau. Pasti disana kelapa sawit semua, banyak hutannya, rawa, dan lain-lain. Alhamdulillah Bulan Maret kemarin saya sama temen-temen seangkatan dapat wilayah survei untuk Studio Perencanaan Wilayah (SPW) di Provinsi Kalimantan Selatan. Beda banget sama rencana awal yang awalnya direncanain di Kaltara, Kaltim, dan NTT. Buat persiapan ke Kalsel ini saya harus nabung cukup lama, soalnya gak mungkin minta duitnya full ke rumah kan. Eh ternyata, pas satu minggu sebelum berangkat si laptop ngambek, dan harus masuk service center yang ngehabisin sebagian dari uang saku buat di Kalsel nanti. Kali ini saya mau cerita perjalanan saya selama beberapa hari di Kalsel kemarin:

WIB -> WITA
Saya ingat H-1 saya belum packing, karna saya orang yang paling gak bisa packing dan ujung-ujungnya selalu ngebawa barang paling banyak dibanding temen lainnya. Saya baru packing jam 03.00 pas udah mau mepet subuh, padahal jam 06.00 bus kami udah mau berangkat ke Bandara Juanda. Sebenernya ini perjalanan pertama buat saya pergi seperti study tour ini, karna sejak smp, sma gak pernah ikut-ikutan study tour. Pas sampai di Juanda itu bagasi langsung di check in komunal, dan kita semua pakai name tag gitu buat mudah ngenalin, dan koper yang dikasi pita berwarna buat gampang ngambilnya nanti. Flight yang sebentar, jadinya saya mutusin buat gak tidur. Lucu sebenernya ngeliat satu pesawat isinya anak-anak seangkatan semua dan tambah lagi ada insiden tokek di pesawat, dan pawangnya duduk di sebelah saya :D

Pas sampai di Bandara Syamsuddin Noor, kita langsung disambut matahari yang super duper terik. Duh, ini panasnya persis banget kayak di rumah. Ternyata mobil sewa yang udah dipesan belum datang, dan harus diambil dulu, jadinya kita masih nungguin di bandara kurang lebih 2 jam. Mobil pick up yang buat ngantar bagasi ke penginapan udah diantar duluan, sedangkan kita nya masih nungguin mobil sewa. Btw, saya belum ngejelasin kalau saya dapat daerah di Kab. Barito Kuala, Kabupaten yang paling barat yang udah perbatasan langsung dengan Kalimantan Tengah. Awalnya sebelum dibagi kelompok, saya ngincer banget Kab. Tanah Laut, karena pernah liat di explore instagram gitu Bukit Rimpi, dan bukit-bukit lainnya yang bagus banget di Tanah Laut. Eh tapi karena udah dipilihin masuk Kab. Batola ya udah terima-terima aja, toh anggota kelompok saya orangnya asik semua. 

Perjalanan dari bandara yang terletak di Banjar Baru ke penginapan kami di Batola sekitar 2 jam, dan jalanannya sepi banget, dan kita sampai penginapan udah malam banget. Alhamdulillah ternyata dapat penginapan yang nyaman banget, jadi bisa puaslah istirahat karna udah capek banget aktivitas dari subuh tadi.

Kamar di Penginapan 

SURVEI
Saya dapat sektor Agropolitan yang berarti mengidentifikasi karakteristik pertanian dan perkebunan di Batola. Untungnya kantor-kantor dinas di Kab. Batola ini satu kompleks seperti perkantoran terpadu, jadi memudahkan mobilitas dan bagi massa buat surveinya. Tinggal beberapa hari di Kalsel ini suasananya seperti saya pulang kerumah. Rumah yang banyak terbuat dari kayu ulin dan rumah panggung (Mirip rumah warga di Perawang yang km 1 yang dekat Sungai Siak). Empat hari di awal dihabisin buat survei sekunder ke beberapa dinas terkait, trus survei primer ke beberapa kecamatan. Jalan utama-nya sepi, tidak begitu lebar agak lucu menurut saya, karena jalan tersebut merupakan jalan utama. Ada beberapa hal yang paling saya ingat selama survei kemarin, seperti pas ke Kecamatan Wanaraya, untuk survei komoditas  unggulan disana, ternyata akses ke Kecamatan tersebut ngelewatin jalan tanah yang tidak rata yang kanan-kirinya sawit dan jalan tersebut adalah jalan utama untuk mengakses kecamatan tersebut. Ngelewatin jalan tanah yang seperti itu udah nggak asing buat saya, karena itu rute yang biasa saya lewatin kalau mau ke Pekanbaru :) .

Momen lainnya adalah naik klotok. Sore itu anak-anak ngajakin buat naik klotok, menyusuri senja di sungai Barito. Jujur, saya bersemangat sekali pas mau naik klotok tersebut, karna terakhir saya naik klotok itu waktu kecil pas menyebrangi Sungai Siak sekitar umur 4-5 tahun pas sebelum ada jembatan dan Kapal Ferry. Nah, pas udah naik klotok, saya menyerah. Ternyata nyali saya menciut, klotok yang kecil dengan air yang hampir setinggi klotok, dan arus yang cukup kuat ditambah lagi saya nggak bisa berenang membuat saya nggak berhenti teriak karna panik, dan ditambah lagi lebar Sungai Barito yang sangat lebar, membuat nyali saya benar-benar ciut. Saya benar-benar tidak punya foto bagus di klotok padahal itu lagi senja, dikarenakan ketakutan saya. Mudah-mudahan suatu saat saya berani naik klotok lagi :)

Klotok di Pasar Marabahan

Momen lainnya yang paling berkesan pas survei itu adalah pas kami ke Kecamatan Mekarsari dan Kecamatan Tamban untuk survei komoditas unggulan yang ada disana. Kecamatan ini jaraknya cukup jauh dari penginapan kita, sekitar 2 jam lebih. Saya suka Kecamatan Mekarsari dan Tamban ini, karena kehidupan warganya yang tidak lepas dari sungai, permukiman warga mengikuti sungai. Pas survei ke Kecamatan Mekarsari ini juga kami kelewatan (ngandalin google maps) dan sampai ke Kecamatan Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah (Yeaaay, akhirnya survei di 2 Provinsi di Kalimantan) dan disana kami dihadang sama warga (ceritanya sangat sangat panjang dan cukup menyeramkan) sehingga harus berhenti sekitar 1 jam, baru ngelanjutin jalan balik  lagi ke penginapan.

Nah pas lagi survei, saya kebelet buang air kecil, saya tanya ke warga yang kita survei apa bisa menumpang kamar mandi, dan ternyata warga disana sebagian besar masih menggunakan jamban yang langsung terhubung dengan sungai di belakang rumah warga tersebut, dan ternyata jamban tersebut sangat terbuka, dan tidak memiliki pintu, karna saya sudah tidak tahan lagi yaa akhirnya saya ke jamban tersebut juga :’) 

PULAU KEMBANG
Menuju Pulau Kembang ini kita harus naik klotok lagi, untungnya klotok ini lebih besar dibandingkan klotok di Pasar Marabahan yang saya naiki kemarin. Jadi goncangan klotok karna arusnya tidak begitu terasa. Pulau Kembang ini habitatnya kera, dan kera disana cukup agresif menurut saya. Saya nggak berani berfoto dengan kera, menyentuhnya pun tidak. Kita ngelilingi pulau itu melewati jembatan kayu, yang kayak di hutan bakau. Mungkin wisata ini cocok bagi yang suka binatang yang berinteraksi langsung seperti disini, tapi saya tidak. Jadi saya disana, hanya fokus gimana caranya cepat keluar dari jalan di hutan di pulau tesebut dan bisa secepatnya balik lagi ke klotok pulang.




DANAU BIRU PENGARON
Jalan menuju kesini dari penginapan di Kota Marabahan terasa sangat-sangat jauh sekali. Memasuki daerah tambang, jalanan yang menantang karna tanjakan dan turunannya yang cukup ekstrim. Ternyata masuk ke Danau Biru ini tidak dipungut biaya, hanya bayar biaya parkir. Danaunya sangat bagus, airnya yang berwarna biru, ditambah lagi bebatuan hasil tambang di belakangnya yang cukup bagus. Karna banyak banget spot foto yang bagus disini, saya nggak sabaran loncat sana-sini buat nyari spot yang bagus buat foto, dan lupa karna saya pakai rok. :D

Nah, karena kelamaan foto-foto di Danau Biru ini, kami kesorean balik, penginapannya masih sangat sangat jauh padahal badan sudah sangat-sangat lelah. Pas ditengah perjalanan ternyata hujan lebat banget, petir kelihatan sekali dari kaca samping, suara angin yang seperti badai cukup menakutkan malam itu.  Saya yang duduk di bangku depan nggak bisa ngeliat pemandangan dari kaca mobil depan. Mobil yang kami sewa ini ternyata kaca depannya buram sangat, akhirnya kami memutuskan untuk menepi karena  kondisi mobil yang mengkhawatirkan jika dibawa lanjut jalan. Baru kali itu, saya mengalami cuaca yang benar-benar menyeramkan.

Danau Biru Pengaron

Akses jalan menuju Danau Biru Pengaron

PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN
Sebenarnya kalau mau mengunjungi Pasar Terapung ini pas banget subuh-subuh, karena ramainya jam segitu. Kelompok saya udah sampai disana pas subuh-subuh, tetapi karena harus menunggu kelompok lainnya datang, akhirnya baru berangkat naik klotoknya sekitar jam 7 an. Kami naik klotok dari Soto Bang Amat menuju ke lokasi Pasar Terapungnya. Naik klotok yang ini beneran lama mungkin satu jam lebih. Saya yang awalnya duduk di bangku luar yang terkena matahari, pindah duduk di dalam klotok yang ada atapnya karna panas dan sudah mengantuk, karna belum juga sampai ke lokasi Pasar Terapungnya. Awalnya saya kira, kalau ke Pasar Terapung itu kita langsung sampai di Pasar Terapung tesebut, ternyata kita harus naik klotok dulu. Karna berangkatnya udah siang, jadi nggak terlalu banyak yang jualan, hanya beberapa ibu-ibu yang menjual makanan. O iya, selama jalan menuju Pasar Terapung ternyata banyak rambu-rambu di Sungai Martapura tersebut. Saya baru tahu ternyata di air juga ada rambu-rambu :D

PULAU PINUS DAN BUKIT BATAS RIAM KANAN
Pulau pinus dan Bukit Batas ini jadi destinasi penutup jalan-jalan di Kalsel seangkatan. Jalan yang ditempuh cukup jauh dari penginapan, dan harus naik klotok lagi menuju Pulau Pinusnya. Diantara naik klotok yang kemarin-kemarin, saya paling menyukai naik klotok yang kali ini. Entah karena air nya yang hijau, pemandangannya yang bagus, rumah-rumah diatas danau, dan juga airnya yang cukup tenang, pokoknya saya suka naik klotok yang kali ini. Pas sampai di Pulau Pinus, saya sedikit kecewa karna fasilitas yang disediakan belum memadai, apa mungkin karna objek wisatanya baru ya? Toilet yang tidak ada airnya, dan juga sampah makanan yang berserakan, mengurangi bagusnya view di Pulau Pinus ini. Pulau Pinus ini dihubungkan dengan jembatan untuk ke pulau sebelahnya kalau mau menuju ke Bukit Batas. Nah, kita disana bebas memilih mau stay aja di Pulau Pinus atau mau ikut trekking ke Bukit Batas. Saya awalnya udah milih, nggak mau ikut-ikut trekking gitu, capek dan saya juga barusan selesai makan. Ntar bahaya kalau abis makan langsung ikutan trekking gitu.

Permukiman nelayan di danau 

Beberapa teman dekat saya ada yang ikut, ada yang enggak. Nah saya benar-benar galau karna teman dekat saya ada yang ikut, akhirnya saya lari-lari nyusul dia buat ikutan. Padahal saya pakai sendal jepit doang, dan sendal jepit ini keliatan udah hampir putus pula. Pas mau registrasi di pos, si ibu-ibu nyuruh kita nyatet nomor ojek, karna bisa pakai ojek kalau nggak sanggup, dan biayanya kalau nggak salah 50 ribu. Saya sok-sokan banget pas di awal masih bisa ketawa-ketawa, eh baru 10 menit jalan udah lemah dan ternyata jalannya langsung nanjak, dan makin ke atas full tanjakan semua. (Mungkin karna dari awal saya sudah sombong dan suudzon sama seseorang) Kata siapa tadi yang bilang landai kok, nyesal saya sekarang. Tambah lagi perut saya yang baru aja diisi, bener-bener berontak, dan nggak kehitung berapa kali saya mual-mual dan hampir muntah. Pokoknya trekking ke Bukit Batas saya nyusahin orang banyak banget. Makasih buat kalian-kalian yang udah nemenin, yang mau bawain tas, Maafin temenmu yang nyusahin ini :(. Padahal kalau dibandingin trekking ke Ranu Kumbolo dulu, ke Bukit Batas ini belum seberapa, tapi karna saya yang diawal memaksa diri pergi, tanpa persiapan, dan dalam kondisi pas abis makan yaa gitu jadinya, nyusahin.

Mungkin yang lainnya sampai diatas sekitar 30 menit, saya kayaknya satu jam lebih deh sampai di atas. Tapi pas sampai di atas, Masyaallah pemandangannya super duper luar biasa banget bagusnya. Pulau-pulau keci dan klotok yang dibawah kelihatan bagus banget. Pas saya baru aja sampai di atas, ternyata anak-anak yang duluan sampai udah mau turun dan ngajakin semuanya turun karna langit udah mendung, soalnya bahaya pas turun nanti. Akhirnya kita semua turun dan hari itu nambah lagi cerita kepayahan saya yang menyusahkan orang banyak  :(

Puncak Bukit Batas

ASRAMA HAJI SAMSUDIN NOOR
H-1 sebelum balik balik ke Malang kita nginep di Asrama Haji di Banjarbaru biar dekat dengan bandara dan memudahkan untuk koordinasi pas pulang nanti. Saya nginep sekamar sama siapa lagi kalau bukan sama temen-temen deket. Kamar-kamar disana cukup menyeramkan menurut saya, mungkin karna jarang dipakai ya. Serasa jadi anak pondok tinggal di kamar dengan kasur bertingkat seperti itu.

Sebenarnya masih banyak hal-hal kecil yang tidak tertulis. Yang jelas yang saya sukai dari perjalanan kali ini adalah Alhamdulillah saya mendapat kelompok yang benar-benar nyaman, dan cocok buat teman perjalanan. Makanan Banjar yang sesuai dengan lidah saya, suasana senja di sungai, dan perkampungan unik warga pinggiran sungai yang mirip dengan daerah di rumah saya. Jadi, walaupun sedikit zonk ke Kalimantan karena daerahnya yang nggak beda jauh dengan Riau setidaknya saya pernah menginjakkan kaki di Kalimantan.

Terima kasih kebersamaannya satu semester kemarin :)

Note :
Sebenarnya hari itu, saya mengira seseorang itu tidak ikut nanjak karena seperti bukan dia kalau ikut seperti itu. Saya membuat pertaruhan dengan diri sendiri, kalau misalnya ada dia diatas nanti saya harus foto dengan seseorang itu. Eh ternyata sesampainya di atas, seseorang itu ada, tapi saya yang tak berani :D (Jangan tanya siapa, ini cerita dulu :) )

22 Februari 2017 1 komentar

Bukan Review Novel Dia - Nonier

Tulisan ini sebenernya adalah isi di diary saya wkwkw. Tapi entah kenapa, rasanya lucu aja kalau untuk di publish :D


Saya baru saja selesai ngebaca novelnya Nonier yang judulnya DIA. Ini bukan novel baru rilis, udah lumayan lama keluarnya novel ini. Dulu pertama kali baca novel ini pas SMA atau SMP yaa, rada-rada lupa. Pokoknya bacanya dulu minjem di Perpus Indah Kiat, dan abis baca ini langsung kepoin semua bukunya Mbak Nonier dan akhirnya sekarang jadi fans-nya Mbak Nonier. Jadi kalau ditanya penulis novel yang genrenya romance gitu suka siapa? Yang saya suka yaa Mbak Windry Ramadhina sama Mbak Nonier :)

Saya baru aja selesai namatin novel ‘DIA’ ini. Saya meriang gak jelas jadinya. Hahahaha. Bukan karna novel kayaknya, taip karna badan saya yang  emang lagi nggak fit beberapa hari ini. Saya nggak mau ngereview novel ini karena, bisa kalian temuin banyak banget yang udah ngereview novel ini. Ratingnya yang diatas 3,5 di goodreads udah otomatis nunjukin kalau buku ini ada ‘isinya’. Maksud saya ada isinya adalah sekarang ini banyak banget novel penulis-penulis baru yang promosinya bagus dan menjual banget tapi ternyata pas baca karyanya eh gak ada isinya, nah novel ‘DIA’ ini ceritanya sederhana dan ngena banget menurut saya. 

Membaca tulisan karya Mbak Nonier, ini yang paling khas menurut saya adalah tentang family, sarkasme yang romantis, dan lucu. Selalu melibatkan keluarga dari semua ceritanya, seperti di Smash, dan juga Sempurna. Sarkasme nya dapat banget, dan celetukan-celetukan kecil dan hal-hal lucu yang dibalut dengan simple tidak berlebihan. Yang saya suka satu lagi adalah ending, hampir beberapa novel Mbak Nonier yang saya membaca selalu membuat saya geregetan, mengapa tak ditulis secara gamblang saja, mengapa harus sedikit digantung seperti itu? 

Ini entah sudah yang keberapa saya baca novel ‘DIA’ ini, ternyata masih membuat saya memiliki debaran yang sama. Mungkin bagi para pecinta novel bisa mengerti moment seperti ini. Saya baru sadar, ternyata saya pernah bertemu seseorang yang sedikit mirip karakternya dengan Saka seperti di novel ini. Walaupun fisiknya berbeda, tetapi ada beberapa kesamaan seperti kesamaan sarkasnya :D. 

Lucunya lagi, saya makin suka dengan perjalanan setelah membaca novel ini. Saya selalu berharap bisa bertemu dengan orang-orang unik di perjalanan. Berharap nemuin Saka di kereta api di dalam perjalanan, Sayangnya sampai sekarang belum nemuin momment seperti itu. Hahaha :D Emang novel itu beda banget sama kenyataan yaaa, tapi tetep aja saya masih cinta sama novel wkwkkw  :D 

Nih beberapa quote dari novel ‘DIA’: 

“Kadang kita mencintai seseorang begitu rupa sampai tidak menyisakan tempat bagi yang lain. Membuat kita lupa untuk sekedar bertanya, inikah sebenarnya cinta?”

“Kau bukan saudaraku, temanku juga tidak, jadi nggak ada kewajiban bagimu untuk membuat kepalaku pening dengan sindiran dan kata-kata bermakna ganda....”

Kalau novel-novel yang udah saya baca di rangking, novel ‘DIA’ ini ada di Peringkat 2 list saya. Saka masih belum bisa ngegantiin posisinya Simon di Memory :D. O iya yang bikin saya makin suka dengan novel ‘DIA’ adalah dulu saya hanya membaca tanpa paham dengan lokasinya, sekarang saya lebih ngeh, karna udah tinggal di sini, dan ngerasain langsung momment di kereta api itu seperti apa rasanya. Satu lagi, di salah satu halaman di buku ini tertulis nama seorang teman saya yang karakternya persis banget dengan teman saya di kehidupan nyata. 

Note: 
Nyari buku ini susah banget, soalnya udah gak ada lagi di Toko Buku karena udah masuk cetakan yang agak lama, dan akhirnya nemu di bukubukularis.com, walaupun agak lama nunggunya karna si penjual harus ke penerbit dulu, tapi seneng banget akhirnya punya juga, soalnya dulu pas baca awal kan minjem di perpus. Oiya novel ini cocok dibaca untuk penggemar roman yang menyukai karakter jutek dengan bumbu romantis. :)

21 Februari 2017 0 komentar

Nonton Payung Teduh, Naif dan Danilla di Malang

Assalamu’alaikum. Hellooooow :) 

Udah lama banget saya nggak nge-post. Sebenernya ada beberapa postingan sih yang mau dipost tapi akhirnya saya jadiin draft aja, karena saya lagi bikin beberapa cerpen gitu, dan karena ada beberapa alasan jadinya tidak saya post dulu. Postingan saya kali ini tentang beberapa konser yang pernah saya tonton di Malang. Dulu pas di rumah, gak pernah nonton ginian, selain gak dibolehin juga karna gak pengen nonton di Pekan karna dulu kayaknya gak aman aja nonton konser ginian. Dulu pas awal-awal tinggal di Malang masih adalah nonton konser gini, sekarang udah males wkwkw. Ntar aja pas udah banyak duit, mau nonton jazz gunung atau java jazz gitu. Yang masih belum kesampean nonton tuh Kahitna, White Shoes and The Couples Company, Sore, The Trees and The Wild, sama Sheila on 7. Sebenernya SO7 sering banget ke Malang, tapi belum nemu momment yang pas buat nontonnya, karena selalu aja ada acara lain.   

1. Payung Teduh
Sebenernya lupa kapan tau payung teduh, yang jelas saya suka banget sama lagunya yang Resah. Lirik hampir semua lagunya yang dalem banget dan musiknya yg khas banget bikin saya jatuh cinta sama band ini. Mungkin karena selera musik saya yang indie juga kali yaa :D. Waktu itu saya tau info Payung Teduh mau konser di Malang dari timeline Line, dan langsung aja saya pesen 1 tiket nya, waktu itu ditemenin sama Lusi pas COD tiketnya. Bodo amat mau nonton sendirian, yang penting nonton band yang saya sukain. Biasanya kan kalau konser gitu kalau nggak di Graha Cakrawala UM atau di Dome UMM, eh konser Payung Teduh ini di landing Paralayang Batu. Hari itu saya berangkat sendirian, minjem motornya anak kosan. Udah berangkat kesana dari jam setengah lima sore, karena nggak tau tempatnya dimana, jadi datang awal karna mau nyari lokasinya dulu. Alhamdulillah gak nyasar, mungkin didukung naluri spasialnya anak PWK :D. Pas sampai sana ternyata masih sepi, panggungnya  masih ditata gitu. Ada banyak banget stand clothing dan makanan gitu, saya nggak begitu merhatiin soalnya gak niat beli juga. Nah pas baru masuk areal landing itu kita disambut dekorasi frame foto yang digantung gitu, bagus banget deh dekornya. 

Foto-foto di pintu masuk

Trus saya muter-muter gak jelas disana, sambil motret apapun yang dilihat. Trus sekitar jam 7 an mulai tampil band-band gitu, saya baru tahu ternyata tadi siang itu ada audisi band gitu tapi band yang indie gitu karena tema acara mereka yang ‘folk nature’ kalau gak salah. Ternyata band yang saya tonton malam itu bagus-bagus semuaa, tapi udah lupa semua namanya siapa aja, mereka nyanyiin lagu-lagu kayak lagu Malino nya TTATW dan lain-lain. Malam itu juga saya pertama kalinya liat orang main saksofon wkwkw. Telat banget yaa, dan ternyata liat orang yang main saksofon itu bikin saya ilfeel sedikit karena ada beberapa band gitu yang air liurnya jatuh dari saksofon nya gitu, karena saya duduknya di depan jadinya kentara sekali iuuuuh -_-

Ternyata yang nonton lumayan banyak, sekitar jam setengah sembilan malem Payung Teduhnya udah keluar, trus semua penonton yang awalnya duduk jauh di belakang pada maju semua, saya juga ikutan maju jadi di deretan yang depan, dan kelihatan banget muka Bang Is nya. Serius dibanding Mocca ternyata nonton Payung Teduh ini lebih bikin merinding, entah karena lagunya yang emang syahdu, juga didukung angin malam paralayang yang super duper dingin. Sebenernya selama Payung Teduh tampil, hari udah gerimis gitu, tapi mereka tetep tampil ngehibur semuanya. Mereka tampil dipayungin payung stand yang gedeeee banget gitu. Trus tiba-tiba hujan lebat banget, mereka tetep nerusin sebentar dan akhirnya berhenti. Mereka minta maaf nggak bisa nerusin nyanyi. Bang Is bilang mereka pernah kayak gini pas konser di Bandung dan ujung-ujungnya beberapa alat ada yang rusak. Trus semua penonton teriak gitu minta terusin, dan ajaibnya yaa pas mereka baru aja mau ke belakang panggung mau mindahin alat-alat hujannya langsung berhenti. Akhirnya lanjut lagi konsernya, dan yang paling berkesan banget nonton ini adalah. Pas di akhir, pas lagu Resah, kita penonton dibagiin kembang api sama panitianya, trus semuanya ngangkat kembang api itu sambil ngikutin lirik lagu Resah. Aduh, sweeet banget pokoknya. Keren banget panitia penyelenggaranya bikin ide kembang api itu. Nah pas udah mau selesai, saya langsung lari duluan karna udah kebelet dari pertengahan konser tadi dan langsung lari ke toilet eh ternyata antriannya panjang banget, dan karna ada ibu-ibu yang kasian ngeliat saya (Temen-temen deket saya pasti paham kalau saya kebelet reaksi saya gimana :D) trus si Ibu ngajakin saya kerumahnya. Makasih banyaaak Ibu hehehe :D

Landing Paralayang dan dibelakangnya udah Bukit 

Payung Teduh tampil di payungin


Sekitar jam 11 an saya pulang sendirian ke kos. Takut sih awalnya nonton acara gitu sendirian, tapi ternyata Alhamdulillah nggak kenapa-kenapa kok. Yang jelas nonton Payung Teduh hari itu bener-bener jadi hiburan sejenak ditengah deadline. Suasana paralayang yang dingin banget, kembang api yang bagus banget dan lagu-lagunya Payung Teduh yang dalem banget, nggak bisa dilupain lah berkesannya. :)

Note : 
Sebenernya mau upload video, mau ngeliatin suasana pas ada kembang api-nya tapi internet saya lemot :')

2. Naif
Nonton Naif kali ini saya sendirian lagi hehehe. Mau ngajak temen tapi mereka banyak yang gak suka. Sendirian sih saya nggak masalah. Waktu itu nontonnya di Graha Cakrawala UM. Ternyata yang nonton gak begitu banyak. Karena dulu pas nonton Mocca keluarnya jam 9, saya datang jam 8 pas mau nonton Naif ini, dan ternyata jam setengah sembilan, naifnya udah keluar. Nonton Naif gini kayak balik ke zaman dulu gitu, aura-aura tempo dulu nya kerasa banget. Pas nyanyiin lagu Benci Untuk Mencinta, duh ngena banget. Apalagi lirik-lirik lagunya Naif itu yang jleb banget. Oiya trus pas mau akhir-akhir Bang David ngelempar kaos sama pick gitu. Dan yang dapat kaosnya Mbak-Mbak dibelakang saya pas. Selesai konser ini jam sebelas kurang kalo gak salah, cepet pokoknya. Yang jelas seneng banget, karena satu persatu beberapa hal yang saya sukai bisa terlaksana di kota ini hehehe :D



3. Danilla
Saya tau Danilla itu setahun apa dua tahun yang lalu yaa, pokoknya taunya gara-gara di Instagram saya ada follow Backpacker gitu, nah dia seleranya indie gitu makanya saya follow (namanya dirahasiakan :D). Nah, pas pertama kali denger itu yang ‘Terpaut oleh Waktu’. Pas pertama kali denger udah langsung klik banget, ini vokalnya enak banget didengerin, liriknya yang unik jugaa. Nah abis itu kepoin lah semua lagunya Danilla, dan akhirnya jadi ngefans deh sama Danilla. Mbak Danilla ini cantik banget dan sederhana banget orangnya. Tau info kalau mereka mau tampil di Malang dari Twitter. Mereka tampil di Rumah Opa. O iya kali ini saya nggak nonton sendirian, nontonnya sama Lusi, karena Lusi juga ketularan suka Danilla. Nah, saya udah dibilangin temen sih kalau Cafe Rumah Opa itu cafe yang nyediain beer gitulah (ga paham sama hal ginian), nah saya sama Lusi bodo amat, yang penting kita suka Danilla dan pengen nonton. Pas sampe disana kami kecepetan, soalnya open gate jam 19.00 nah kami udah datang dari jam 18.30 trus kami kayak orang bego yang nungguin diluar, trus yang datang itu semuanya bajunya yaaa sesuai image cafenya lah, sedangkan kami berdua perempuan yang hijaban. Banyak yang ngeliatin saya sama Lusi, karena kami emang salah tempat. Pas udah open gate kami masuk ke dalam, dan milih duduk yang dibangku tengah-tengah, karena gak mau depan banget. Danilla nyanyiin hampir semua lagunya kayaknya, tapi sayang banget Lafa nya gak ikut nyanyi. Untuk pertama kalinya saya nonton acara musik gini yang tidak seantusias biasanya. Entah karena ngerasa salah tempat, atau suasana cafenya yang sangat-sangat bukan saya, pembicaraan yang diluar dunia saya. Akhirnya saya dan Lusi keluar sebelum acaranya selesai, karena udah nggak nyaman didalam, karena suasananya juga yang nggak kondusif. Mungkin hal ini juga, yang bikin saya udah tobat dan malas nonton konser ginian lagi. Saya ngerasa aneh pas selama nonton sampai selesai, bingung seneng apa nggak. Yang jelas setelah Danilla tampil hari itu, saya masih tetep suka kok dengan Danilla dan semua lagu-lagunya. Hal yang lucu hari itu adalah arti dari lagu-lagunya Danilla ternyata diluar ekspektasi saya semua. Saya yang suka banget sama 'berdistraksi', kaget ternyata makna lagunya tentang selingkuh gitu wkwkkw :D



Note:
Pas saya dan Lusi keluar, kita papasan sama Lafa di pintu masuk, dan Mas Lafa nya senyum. Trus saya sama Lusi langsung kesenengan gak jelas gitu wkwkwk :D 

--------------------------------------------------------- o --------------------------------------------------------------
Sekarang udah nggak minat lagi nonton konser musik gitu, dulu sih nonton karna masih awal-awal di Malang, trus banyaknya tiket presale makanya milih nonton,apalagi band kesukaan kan. Sekarang sih, lebih milih buat ngerjain hal yang lain daripada nonton konser musik lagi wkwkwk :D 

 
;