Assalamu'alaikum :)
Awalnya gak pernah kepikiran
kalau akhirnya bisa menginjakkan kaki di Tanah Borneo. Dulu gak pernah
kepikiran pengen ke Kalimantan, soalnya mikirnya karakteristiknya Kalimantan
yang gak beda jauh sama Riau. Pasti disana kelapa sawit semua, banyak hutannya,
rawa, dan lain-lain. Alhamdulillah Bulan Maret kemarin saya sama temen-temen
seangkatan dapat wilayah survei untuk Studio Perencanaan Wilayah (SPW) di
Provinsi Kalimantan Selatan. Beda banget sama rencana awal yang awalnya
direncanain di Kaltara, Kaltim, dan NTT. Buat persiapan ke Kalsel ini saya
harus nabung cukup lama, soalnya gak mungkin minta duitnya full ke rumah kan.
Eh ternyata, pas satu minggu sebelum berangkat si laptop ngambek, dan harus
masuk service center yang ngehabisin
sebagian dari uang saku buat di Kalsel nanti. Kali ini saya mau cerita
perjalanan saya selama beberapa hari di Kalsel kemarin:
WIB -> WITA
Saya ingat H-1 saya belum
packing, karna saya orang yang paling gak bisa packing dan ujung-ujungnya
selalu ngebawa barang paling banyak dibanding temen lainnya. Saya baru packing
jam 03.00 pas udah mau mepet subuh, padahal jam 06.00 bus kami udah mau
berangkat ke Bandara Juanda. Sebenernya ini perjalanan pertama buat saya pergi
seperti study tour ini, karna sejak smp, sma gak pernah ikut-ikutan study tour.
Pas sampai di Juanda itu bagasi langsung di check in komunal, dan kita semua
pakai name tag gitu buat mudah ngenalin, dan koper yang dikasi pita berwarna
buat gampang ngambilnya nanti. Flight yang sebentar, jadinya saya mutusin buat
gak tidur. Lucu sebenernya ngeliat satu pesawat isinya anak-anak seangkatan semua dan tambah lagi ada insiden tokek di pesawat, dan pawangnya duduk di sebelah saya :D
Pas sampai di Bandara Syamsuddin Noor, kita langsung disambut
matahari yang super duper terik. Duh, ini panasnya persis banget kayak di
rumah. Ternyata mobil sewa yang udah dipesan belum datang, dan harus diambil
dulu, jadinya kita masih nungguin di bandara kurang lebih 2 jam. Mobil pick up yang buat ngantar bagasi ke penginapan udah diantar duluan, sedangkan
kita nya masih nungguin mobil sewa. Btw, saya belum ngejelasin kalau saya
dapat daerah di Kab. Barito Kuala, Kabupaten yang paling barat yang udah
perbatasan langsung dengan Kalimantan Tengah. Awalnya sebelum dibagi kelompok,
saya ngincer banget Kab. Tanah Laut, karena pernah liat di explore instagram
gitu Bukit Rimpi, dan bukit-bukit lainnya yang bagus banget di Tanah Laut. Eh
tapi karena udah dipilihin masuk Kab. Batola ya udah terima-terima aja, toh
anggota kelompok saya orangnya asik semua.
Perjalanan dari bandara yang
terletak di Banjar Baru ke penginapan kami di Batola sekitar 2 jam, dan
jalanannya sepi banget, dan kita sampai penginapan udah malam banget. Alhamdulillah
ternyata dapat penginapan yang nyaman banget, jadi bisa puaslah istirahat karna
udah capek banget aktivitas dari subuh tadi.
Kamar di Penginapan
SURVEI
Saya dapat sektor Agropolitan
yang berarti mengidentifikasi karakteristik pertanian dan perkebunan di Batola.
Untungnya kantor-kantor dinas di Kab. Batola ini satu kompleks seperti
perkantoran terpadu, jadi memudahkan mobilitas dan bagi massa buat surveinya.
Tinggal beberapa hari di Kalsel ini suasananya seperti saya pulang kerumah.
Rumah yang banyak terbuat dari kayu ulin dan rumah panggung (Mirip rumah warga
di Perawang yang km 1 yang dekat Sungai Siak). Empat hari di awal dihabisin
buat survei sekunder ke beberapa dinas terkait, trus survei primer ke beberapa
kecamatan. Jalan utama-nya sepi, tidak begitu lebar agak lucu menurut saya, karena jalan tersebut merupakan jalan utama. Ada beberapa hal yang paling saya ingat selama survei kemarin, seperti pas ke Kecamatan Wanaraya, untuk survei komoditas unggulan disana,
ternyata akses ke Kecamatan tersebut ngelewatin jalan tanah yang tidak rata yang
kanan-kirinya sawit dan jalan tersebut adalah jalan utama untuk mengakses
kecamatan tersebut. Ngelewatin jalan tanah yang seperti itu udah nggak asing buat
saya, karena itu rute yang biasa saya lewatin kalau mau ke Pekanbaru :) .
Momen lainnya adalah naik klotok. Sore itu anak-anak ngajakin buat naik klotok, menyusuri senja di sungai Barito.
Jujur, saya bersemangat sekali pas mau naik klotok tersebut, karna terakhir
saya naik klotok itu waktu kecil pas menyebrangi Sungai Siak sekitar umur 4-5
tahun pas sebelum ada jembatan dan Kapal Ferry. Nah, pas udah naik klotok, saya menyerah. Ternyata nyali saya menciut,
klotok yang kecil dengan air yang hampir setinggi klotok, dan arus yang cukup
kuat ditambah lagi saya nggak bisa berenang membuat saya nggak berhenti teriak
karna panik, dan ditambah lagi lebar Sungai Barito yang sangat lebar, membuat nyali saya benar-benar ciut. Saya benar-benar tidak punya foto bagus di klotok padahal itu lagi
senja, dikarenakan ketakutan saya. Mudah-mudahan suatu saat saya berani naik
klotok lagi :)
Klotok di Pasar Marabahan
Momen lainnya yang paling berkesan pas survei itu adalah pas kami ke Kecamatan Mekarsari dan Kecamatan Tamban untuk survei komoditas unggulan yang ada disana. Kecamatan ini jaraknya cukup jauh dari penginapan kita, sekitar 2 jam lebih. Saya suka Kecamatan Mekarsari dan Tamban ini, karena kehidupan warganya yang tidak lepas dari sungai, permukiman warga mengikuti sungai. Pas survei ke Kecamatan Mekarsari ini juga kami kelewatan (ngandalin google maps) dan sampai ke Kecamatan Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah (Yeaaay, akhirnya survei di 2 Provinsi di Kalimantan) dan disana kami dihadang sama warga (ceritanya sangat sangat panjang dan cukup menyeramkan) sehingga harus berhenti sekitar 1 jam, baru ngelanjutin jalan balik lagi ke penginapan.
Nah pas lagi survei, saya kebelet
buang air kecil, saya tanya ke warga yang kita survei apa bisa menumpang kamar
mandi, dan ternyata warga disana sebagian besar masih menggunakan jamban yang
langsung terhubung dengan sungai di belakang rumah warga tersebut, dan ternyata
jamban tersebut sangat terbuka, dan tidak memiliki pintu, karna saya sudah tidak
tahan lagi yaa akhirnya saya ke jamban tersebut juga :’)
PULAU KEMBANG
Menuju Pulau Kembang ini kita
harus naik klotok lagi, untungnya klotok ini lebih besar dibandingkan klotok di
Pasar Marabahan yang saya naiki kemarin. Jadi goncangan klotok karna arusnya
tidak begitu terasa. Pulau Kembang ini habitatnya kera, dan kera disana cukup agresif
menurut saya. Saya nggak berani berfoto dengan kera, menyentuhnya pun tidak. Kita
ngelilingi pulau itu melewati jembatan kayu, yang kayak di hutan bakau. Mungkin
wisata ini cocok bagi yang suka binatang yang berinteraksi langsung seperti
disini, tapi saya tidak. Jadi saya disana, hanya fokus gimana caranya cepat
keluar dari jalan di hutan di pulau tesebut dan bisa secepatnya balik lagi ke
klotok pulang.
DANAU BIRU PENGARON
Jalan menuju kesini dari
penginapan di Kota Marabahan terasa sangat-sangat jauh sekali. Memasuki daerah
tambang, jalanan yang menantang karna tanjakan dan turunannya yang cukup
ekstrim. Ternyata masuk ke Danau Biru ini tidak dipungut biaya, hanya bayar
biaya parkir. Danaunya sangat bagus, airnya yang berwarna biru, ditambah lagi
bebatuan hasil tambang di belakangnya yang cukup bagus. Karna banyak banget
spot foto yang bagus disini, saya nggak sabaran loncat sana-sini buat nyari spot
yang bagus buat foto, dan lupa karna saya pakai rok. :D
Nah, karena kelamaan foto-foto di
Danau Biru ini, kami kesorean balik, penginapannya masih sangat sangat jauh
padahal badan sudah sangat-sangat lelah. Pas ditengah perjalanan ternyata hujan
lebat banget, petir kelihatan sekali dari kaca samping, suara angin yang
seperti badai cukup menakutkan malam itu. Saya yang duduk di bangku depan nggak bisa
ngeliat pemandangan dari kaca mobil depan. Mobil yang kami sewa ini ternyata
kaca depannya buram sangat, akhirnya kami memutuskan untuk menepi karena kondisi mobil yang mengkhawatirkan jika
dibawa lanjut jalan. Baru kali itu, saya mengalami cuaca yang benar-benar
menyeramkan.
Danau Biru Pengaron
Akses jalan menuju Danau Biru Pengaron
PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN
Sebenarnya kalau mau mengunjungi
Pasar Terapung ini pas banget subuh-subuh, karena ramainya jam segitu. Kelompok
saya udah sampai disana pas subuh-subuh, tetapi karena harus menunggu kelompok
lainnya datang, akhirnya baru berangkat naik klotoknya sekitar jam 7 an. Kami naik
klotok dari Soto Bang Amat menuju ke lokasi Pasar Terapungnya. Naik klotok yang
ini beneran lama mungkin satu jam lebih. Saya yang awalnya duduk di bangku luar
yang terkena matahari, pindah duduk di dalam klotok yang ada atapnya karna
panas dan sudah mengantuk, karna belum juga sampai ke lokasi Pasar Terapungnya.
Awalnya saya kira, kalau ke Pasar Terapung itu kita langsung sampai di Pasar
Terapung tesebut, ternyata kita harus naik klotok dulu. Karna berangkatnya udah
siang, jadi nggak terlalu banyak yang jualan, hanya beberapa ibu-ibu yang
menjual makanan. O iya, selama jalan menuju Pasar Terapung ternyata banyak
rambu-rambu di Sungai Martapura tersebut. Saya baru tahu ternyata di air juga
ada rambu-rambu :D
PULAU PINUS DAN BUKIT BATAS RIAM KANAN
Pulau pinus dan Bukit Batas ini
jadi destinasi penutup jalan-jalan di Kalsel seangkatan. Jalan yang ditempuh cukup
jauh dari penginapan, dan harus naik klotok lagi menuju Pulau Pinusnya.
Diantara naik klotok yang kemarin-kemarin, saya paling menyukai naik klotok
yang kali ini. Entah karena air nya yang hijau, pemandangannya yang bagus,
rumah-rumah diatas danau, dan juga airnya yang cukup tenang, pokoknya saya suka
naik klotok yang kali ini. Pas sampai di Pulau Pinus, saya sedikit kecewa karna
fasilitas yang disediakan belum memadai, apa mungkin karna objek wisatanya baru
ya? Toilet yang tidak ada airnya, dan juga sampah makanan yang berserakan,
mengurangi bagusnya view di Pulau Pinus ini. Pulau Pinus ini dihubungkan dengan
jembatan untuk ke pulau sebelahnya kalau mau menuju ke Bukit Batas. Nah, kita
disana bebas memilih mau stay aja di Pulau Pinus atau mau ikut trekking ke
Bukit Batas. Saya awalnya udah milih, nggak mau ikut-ikut trekking gitu, capek
dan saya juga barusan selesai makan. Ntar bahaya kalau abis makan langsung
ikutan trekking gitu.
Permukiman nelayan di danau
Beberapa teman dekat saya ada
yang ikut, ada yang enggak. Nah saya benar-benar galau karna teman dekat saya
ada yang ikut, akhirnya saya lari-lari nyusul dia buat ikutan. Padahal saya
pakai sendal jepit doang, dan sendal jepit ini keliatan udah hampir putus pula.
Pas mau registrasi di pos, si ibu-ibu nyuruh kita nyatet nomor ojek, karna bisa
pakai ojek kalau nggak sanggup, dan biayanya kalau nggak salah 50 ribu. Saya
sok-sokan banget pas di awal masih bisa ketawa-ketawa, eh baru 10 menit jalan udah
lemah dan ternyata jalannya langsung nanjak, dan makin ke atas full tanjakan
semua. (Mungkin karna dari awal saya sudah sombong dan suudzon sama seseorang) Kata
siapa tadi yang bilang landai kok, nyesal saya sekarang. Tambah lagi perut saya
yang baru aja diisi, bener-bener berontak, dan nggak kehitung berapa kali saya
mual-mual dan hampir muntah. Pokoknya trekking ke Bukit Batas saya nyusahin
orang banyak banget. Makasih buat kalian-kalian yang udah nemenin, yang mau
bawain tas, Maafin temenmu yang nyusahin ini :(. Padahal kalau dibandingin
trekking ke Ranu Kumbolo dulu, ke Bukit Batas ini belum seberapa, tapi karna
saya yang diawal memaksa diri pergi, tanpa persiapan, dan dalam kondisi pas
abis makan yaa gitu jadinya, nyusahin.
Mungkin yang lainnya sampai
diatas sekitar 30 menit, saya kayaknya satu jam lebih deh sampai di atas. Tapi
pas sampai di atas, Masyaallah pemandangannya super duper luar biasa banget
bagusnya. Pulau-pulau keci dan klotok yang dibawah kelihatan bagus banget. Pas
saya baru aja sampai di atas, ternyata anak-anak yang duluan sampai udah mau
turun dan ngajakin semuanya turun karna langit udah mendung, soalnya bahaya pas
turun nanti. Akhirnya kita semua turun dan hari itu nambah lagi cerita
kepayahan saya yang menyusahkan orang banyak :(
Puncak Bukit Batas
ASRAMA HAJI SAMSUDIN NOOR
H-1 sebelum balik balik ke Malang
kita nginep di Asrama Haji di Banjarbaru biar dekat dengan bandara dan
memudahkan untuk koordinasi pas pulang nanti. Saya nginep sekamar sama siapa
lagi kalau bukan sama temen-temen deket. Kamar-kamar disana cukup menyeramkan
menurut saya, mungkin karna jarang dipakai ya. Serasa jadi anak pondok tinggal
di kamar dengan kasur bertingkat seperti itu.
Sebenarnya masih banyak hal-hal
kecil yang tidak tertulis. Yang jelas yang saya sukai dari perjalanan kali ini
adalah Alhamdulillah saya mendapat kelompok yang benar-benar nyaman, dan cocok
buat teman perjalanan. Makanan Banjar yang sesuai dengan lidah saya, suasana
senja di sungai, dan perkampungan unik warga pinggiran sungai yang mirip dengan
daerah di rumah saya. Jadi, walaupun sedikit zonk ke Kalimantan karena
daerahnya yang nggak beda jauh dengan Riau setidaknya saya pernah menginjakkan
kaki di Kalimantan.
Terima kasih kebersamaannya satu semester kemarin :)
Note :
Sebenarnya hari itu, saya mengira
seseorang itu tidak ikut nanjak karena seperti bukan dia kalau ikut seperti
itu. Saya membuat pertaruhan dengan diri sendiri, kalau misalnya ada dia diatas
nanti saya harus foto dengan seseorang itu. Eh ternyata sesampainya di atas,
seseorang itu ada, tapi saya yang tak berani :D (Jangan tanya siapa, ini cerita dulu :) )