Hari itu hari terakhir perjalananku di
kota hujan itu, karena project yang kukerjakan sudah selesai, dan berarti
berakhir juga kebersamaanku dengan dia. Mungkin pas pulang nanti, kita
sama seperti sebelumnya, hanyalah orang asing yang tak saling mengenal.
Mungkin aku yang terbawa perasaan selama perjalanan kita kemarin, menganggap
kalau kebersamaan kita kemarin itu adalah sesuatu yang lebih.
Hari itu, aku tak tahu harus pulang dengan
siapa. Teman-teman sesama magangku sudah ada yang menjemput. Aku harus berburu
waktu karena kereta-ku berangkat jam 6 sore ini. Satu-satunya yang masih ada di
kantor cuman dia dan dia-pun menawarkan untuk mengantarku. Ini bukan pertama
kalinya dia mengantarku. Aku terpaksa mengiyakan karena cuman dia pilihan yang
aman dan cepat untuk balik ke kost sesegera mungkin.
Dia kencang sekali menyetir hari itu, tak
peduli jalan lurus atau tikungan, Dia kenapa? Aku cuman diam dan bertanya-tanya
dalam hati. Tiba-tiba dia mengerem
mendadak dan memberhentikan mobilnya di bahu jalan.
Aku :
“Kenapa berhenti? “
Dia
: ................................
Aku :
“Kenapa sih? “
Dia :
.................................
Dia masih hening dan tidak berbicara sedikitpun.
Dia turun dari mobil dan duduk di pondok kecil di samping hutan tepi jalan raya
itu. Aku mengikuti dan duduk di sampingnya karna dia yang juga masih enggan
bicara.
Aku :
“Kenapa sih? Lo capek? Sakit? Ya udah sini gantian, biar gue yang nyetir”
Dia :
........................
Aku bingung dia kenapa. Dia mengeluarkan
rokoknya dan mulai mengisapnya. Sudahlah, lebih baik aku diam saja toh mungkin
dia lelah pikirku.
Dia : “Aku
mau ngomong”
Aku : “Akhirnya ngomong
juga. Kenapa berhenti? Ntar gue ketinggalan, anak-anak yang lain udah duluan
tuh”
Dia : “Apapun yang terjadi selama kita beberapa
hari kemarin, biarin semuanya tinggal disini. Apapun yang terjadi semuanya yaa
berakhir disini, dan disana nanti pas kita pulang gak akan ada apa-apa”
Aku :
“Ha? Gue nggak ngerti maksud lo”
Dia : “Gak akan
terjadi apa-apa diantara kita setelah pulang nanti”
Aku : “Iyalah,
emang kita kenapa?”
Dia : “Yaa,
bagus lo ngerti. Kita nggak ada apa-apa dan nggak bakal terjadi apa-apa nanti.”
Aku : “Lo kenapa sih?
Sakit kah? Sini aku gantiin nyetir. Kita yaa kita yang sekarang. Lo ya elo yang
baru kenal beberapa hari kemaren ini.”
Dia : “ ......”
Aku : “Kenapa?”
Dia : “Salah gak sih
kalo gue nyaman sama lo? Nyaman sama kebersamaan kita yang beberapa hari
kemaren ini?”
Aku : “
....................................... "
Dia : “Ini salah gue,
gue udah punya cewek, tapi gue ngerasa sama lo itu beda, kita itu saling ngerti,
gue ngerasa bebas banget kalo lagi bareng sama lo. Gue bisa jadi diri sendiri
dan apa adanya di depan lo. Apa gue salah ?”
Aku : “Mmmmm, lo gak
salah. Mungkin lo cuma kebawa suasana aja. Dah ayo lanjut. “
Dia : “Gue tahu mungkin
lo sekarang mikir yang aneh-aneh tentang gue. Tapi gue cuman mau bilang makasih
udah jadi teman perjalanan yang menyenangkan banget buat gue selama kemaren
ini. Makasih udah baik dan perhatian sama. Makasih buat semuanya, dan setelah gue
ngomong ini gue mohon lo gak berubah, lo tetep kayak gini, tetep ceria dan apa
adanya. Semua cerita kita yang terjadi selama beberapa hari kemarin, biar
semuanya bermula dan berakhir disini, dan pas kita pulang nanti gak ada yang
tersisa. Gue gak mau antara kita, nanti ada yang sakit hati. Maaf ya gue udah
ngomong gini sama lo. Oke ayo kita lanjut.”
Aku :
Hmmm, ayo lanjut. Kita dah jauh ketinggalan.
Selama sisa perjalanan itu hening yang
menemani kita.
------------------------------------------------------------o
------------------------------------------------------ -
Note :
Serius ini bukan curahan hati saya, ini cerita temen yang sedikit diubah alurnya. Akhir-akhir ini orang terdekat banyak yang memiliki cerita hampir sama kayak yang di atas. Mungkin banyak dari kita yang di dalam perjalanan bakalan nemuin situasi kayak gitu, saling nyaman di suatu perjalanan terlepas dari status masing-masing pihak. Jujur saya termasuk orang yang mudah terbawa perasaan dalam perjalanan, tapi yaa itu hanya sebatas kisah hari itu saja, selepas hari itu sudah selesai tak ada yang harus dikenang lagi. Jadi, buat saya rasa nyaman itu biarlah hanya menjadi rahasia sendiri, mau seseorang itu juga ngerasain hal yang sama, itu urusan nanti. Biarkan waktu yang menjawab. Karena, rasa nyaman itu adalah bonus dari perjalanan kita dengan orang yang tepat :)
Serius ini bukan curahan hati saya, ini cerita temen yang sedikit diubah alurnya. Akhir-akhir ini orang terdekat banyak yang memiliki cerita hampir sama kayak yang di atas. Mungkin banyak dari kita yang di dalam perjalanan bakalan nemuin situasi kayak gitu, saling nyaman di suatu perjalanan terlepas dari status masing-masing pihak. Jujur saya termasuk orang yang mudah terbawa perasaan dalam perjalanan, tapi yaa itu hanya sebatas kisah hari itu saja, selepas hari itu sudah selesai tak ada yang harus dikenang lagi. Jadi, buat saya rasa nyaman itu biarlah hanya menjadi rahasia sendiri, mau seseorang itu juga ngerasain hal yang sama, itu urusan nanti. Biarkan waktu yang menjawab. Karena, rasa nyaman itu adalah bonus dari perjalanan kita dengan orang yang tepat :)
0 komentar:
Posting Komentar