25 Februari 2017

Kisah dari Selatan Kalimantan

Assalamu'alaikum :)

Awalnya gak pernah kepikiran kalau akhirnya bisa menginjakkan kaki di Tanah Borneo. Dulu gak pernah kepikiran pengen ke Kalimantan, soalnya mikirnya karakteristiknya Kalimantan yang gak beda jauh sama Riau. Pasti disana kelapa sawit semua, banyak hutannya, rawa, dan lain-lain. Alhamdulillah Bulan Maret kemarin saya sama temen-temen seangkatan dapat wilayah survei untuk Studio Perencanaan Wilayah (SPW) di Provinsi Kalimantan Selatan. Beda banget sama rencana awal yang awalnya direncanain di Kaltara, Kaltim, dan NTT. Buat persiapan ke Kalsel ini saya harus nabung cukup lama, soalnya gak mungkin minta duitnya full ke rumah kan. Eh ternyata, pas satu minggu sebelum berangkat si laptop ngambek, dan harus masuk service center yang ngehabisin sebagian dari uang saku buat di Kalsel nanti. Kali ini saya mau cerita perjalanan saya selama beberapa hari di Kalsel kemarin:

WIB -> WITA
Saya ingat H-1 saya belum packing, karna saya orang yang paling gak bisa packing dan ujung-ujungnya selalu ngebawa barang paling banyak dibanding temen lainnya. Saya baru packing jam 03.00 pas udah mau mepet subuh, padahal jam 06.00 bus kami udah mau berangkat ke Bandara Juanda. Sebenernya ini perjalanan pertama buat saya pergi seperti study tour ini, karna sejak smp, sma gak pernah ikut-ikutan study tour. Pas sampai di Juanda itu bagasi langsung di check in komunal, dan kita semua pakai name tag gitu buat mudah ngenalin, dan koper yang dikasi pita berwarna buat gampang ngambilnya nanti. Flight yang sebentar, jadinya saya mutusin buat gak tidur. Lucu sebenernya ngeliat satu pesawat isinya anak-anak seangkatan semua dan tambah lagi ada insiden tokek di pesawat, dan pawangnya duduk di sebelah saya :D

Pas sampai di Bandara Syamsuddin Noor, kita langsung disambut matahari yang super duper terik. Duh, ini panasnya persis banget kayak di rumah. Ternyata mobil sewa yang udah dipesan belum datang, dan harus diambil dulu, jadinya kita masih nungguin di bandara kurang lebih 2 jam. Mobil pick up yang buat ngantar bagasi ke penginapan udah diantar duluan, sedangkan kita nya masih nungguin mobil sewa. Btw, saya belum ngejelasin kalau saya dapat daerah di Kab. Barito Kuala, Kabupaten yang paling barat yang udah perbatasan langsung dengan Kalimantan Tengah. Awalnya sebelum dibagi kelompok, saya ngincer banget Kab. Tanah Laut, karena pernah liat di explore instagram gitu Bukit Rimpi, dan bukit-bukit lainnya yang bagus banget di Tanah Laut. Eh tapi karena udah dipilihin masuk Kab. Batola ya udah terima-terima aja, toh anggota kelompok saya orangnya asik semua. 

Perjalanan dari bandara yang terletak di Banjar Baru ke penginapan kami di Batola sekitar 2 jam, dan jalanannya sepi banget, dan kita sampai penginapan udah malam banget. Alhamdulillah ternyata dapat penginapan yang nyaman banget, jadi bisa puaslah istirahat karna udah capek banget aktivitas dari subuh tadi.

Kamar di Penginapan 

SURVEI
Saya dapat sektor Agropolitan yang berarti mengidentifikasi karakteristik pertanian dan perkebunan di Batola. Untungnya kantor-kantor dinas di Kab. Batola ini satu kompleks seperti perkantoran terpadu, jadi memudahkan mobilitas dan bagi massa buat surveinya. Tinggal beberapa hari di Kalsel ini suasananya seperti saya pulang kerumah. Rumah yang banyak terbuat dari kayu ulin dan rumah panggung (Mirip rumah warga di Perawang yang km 1 yang dekat Sungai Siak). Empat hari di awal dihabisin buat survei sekunder ke beberapa dinas terkait, trus survei primer ke beberapa kecamatan. Jalan utama-nya sepi, tidak begitu lebar agak lucu menurut saya, karena jalan tersebut merupakan jalan utama. Ada beberapa hal yang paling saya ingat selama survei kemarin, seperti pas ke Kecamatan Wanaraya, untuk survei komoditas  unggulan disana, ternyata akses ke Kecamatan tersebut ngelewatin jalan tanah yang tidak rata yang kanan-kirinya sawit dan jalan tersebut adalah jalan utama untuk mengakses kecamatan tersebut. Ngelewatin jalan tanah yang seperti itu udah nggak asing buat saya, karena itu rute yang biasa saya lewatin kalau mau ke Pekanbaru :) .

Momen lainnya adalah naik klotok. Sore itu anak-anak ngajakin buat naik klotok, menyusuri senja di sungai Barito. Jujur, saya bersemangat sekali pas mau naik klotok tersebut, karna terakhir saya naik klotok itu waktu kecil pas menyebrangi Sungai Siak sekitar umur 4-5 tahun pas sebelum ada jembatan dan Kapal Ferry. Nah, pas udah naik klotok, saya menyerah. Ternyata nyali saya menciut, klotok yang kecil dengan air yang hampir setinggi klotok, dan arus yang cukup kuat ditambah lagi saya nggak bisa berenang membuat saya nggak berhenti teriak karna panik, dan ditambah lagi lebar Sungai Barito yang sangat lebar, membuat nyali saya benar-benar ciut. Saya benar-benar tidak punya foto bagus di klotok padahal itu lagi senja, dikarenakan ketakutan saya. Mudah-mudahan suatu saat saya berani naik klotok lagi :)

Klotok di Pasar Marabahan

Momen lainnya yang paling berkesan pas survei itu adalah pas kami ke Kecamatan Mekarsari dan Kecamatan Tamban untuk survei komoditas unggulan yang ada disana. Kecamatan ini jaraknya cukup jauh dari penginapan kita, sekitar 2 jam lebih. Saya suka Kecamatan Mekarsari dan Tamban ini, karena kehidupan warganya yang tidak lepas dari sungai, permukiman warga mengikuti sungai. Pas survei ke Kecamatan Mekarsari ini juga kami kelewatan (ngandalin google maps) dan sampai ke Kecamatan Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah (Yeaaay, akhirnya survei di 2 Provinsi di Kalimantan) dan disana kami dihadang sama warga (ceritanya sangat sangat panjang dan cukup menyeramkan) sehingga harus berhenti sekitar 1 jam, baru ngelanjutin jalan balik  lagi ke penginapan.

Nah pas lagi survei, saya kebelet buang air kecil, saya tanya ke warga yang kita survei apa bisa menumpang kamar mandi, dan ternyata warga disana sebagian besar masih menggunakan jamban yang langsung terhubung dengan sungai di belakang rumah warga tersebut, dan ternyata jamban tersebut sangat terbuka, dan tidak memiliki pintu, karna saya sudah tidak tahan lagi yaa akhirnya saya ke jamban tersebut juga :’) 

PULAU KEMBANG
Menuju Pulau Kembang ini kita harus naik klotok lagi, untungnya klotok ini lebih besar dibandingkan klotok di Pasar Marabahan yang saya naiki kemarin. Jadi goncangan klotok karna arusnya tidak begitu terasa. Pulau Kembang ini habitatnya kera, dan kera disana cukup agresif menurut saya. Saya nggak berani berfoto dengan kera, menyentuhnya pun tidak. Kita ngelilingi pulau itu melewati jembatan kayu, yang kayak di hutan bakau. Mungkin wisata ini cocok bagi yang suka binatang yang berinteraksi langsung seperti disini, tapi saya tidak. Jadi saya disana, hanya fokus gimana caranya cepat keluar dari jalan di hutan di pulau tesebut dan bisa secepatnya balik lagi ke klotok pulang.




DANAU BIRU PENGARON
Jalan menuju kesini dari penginapan di Kota Marabahan terasa sangat-sangat jauh sekali. Memasuki daerah tambang, jalanan yang menantang karna tanjakan dan turunannya yang cukup ekstrim. Ternyata masuk ke Danau Biru ini tidak dipungut biaya, hanya bayar biaya parkir. Danaunya sangat bagus, airnya yang berwarna biru, ditambah lagi bebatuan hasil tambang di belakangnya yang cukup bagus. Karna banyak banget spot foto yang bagus disini, saya nggak sabaran loncat sana-sini buat nyari spot yang bagus buat foto, dan lupa karna saya pakai rok. :D

Nah, karena kelamaan foto-foto di Danau Biru ini, kami kesorean balik, penginapannya masih sangat sangat jauh padahal badan sudah sangat-sangat lelah. Pas ditengah perjalanan ternyata hujan lebat banget, petir kelihatan sekali dari kaca samping, suara angin yang seperti badai cukup menakutkan malam itu.  Saya yang duduk di bangku depan nggak bisa ngeliat pemandangan dari kaca mobil depan. Mobil yang kami sewa ini ternyata kaca depannya buram sangat, akhirnya kami memutuskan untuk menepi karena  kondisi mobil yang mengkhawatirkan jika dibawa lanjut jalan. Baru kali itu, saya mengalami cuaca yang benar-benar menyeramkan.

Danau Biru Pengaron

Akses jalan menuju Danau Biru Pengaron

PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN
Sebenarnya kalau mau mengunjungi Pasar Terapung ini pas banget subuh-subuh, karena ramainya jam segitu. Kelompok saya udah sampai disana pas subuh-subuh, tetapi karena harus menunggu kelompok lainnya datang, akhirnya baru berangkat naik klotoknya sekitar jam 7 an. Kami naik klotok dari Soto Bang Amat menuju ke lokasi Pasar Terapungnya. Naik klotok yang ini beneran lama mungkin satu jam lebih. Saya yang awalnya duduk di bangku luar yang terkena matahari, pindah duduk di dalam klotok yang ada atapnya karna panas dan sudah mengantuk, karna belum juga sampai ke lokasi Pasar Terapungnya. Awalnya saya kira, kalau ke Pasar Terapung itu kita langsung sampai di Pasar Terapung tesebut, ternyata kita harus naik klotok dulu. Karna berangkatnya udah siang, jadi nggak terlalu banyak yang jualan, hanya beberapa ibu-ibu yang menjual makanan. O iya, selama jalan menuju Pasar Terapung ternyata banyak rambu-rambu di Sungai Martapura tersebut. Saya baru tahu ternyata di air juga ada rambu-rambu :D

PULAU PINUS DAN BUKIT BATAS RIAM KANAN
Pulau pinus dan Bukit Batas ini jadi destinasi penutup jalan-jalan di Kalsel seangkatan. Jalan yang ditempuh cukup jauh dari penginapan, dan harus naik klotok lagi menuju Pulau Pinusnya. Diantara naik klotok yang kemarin-kemarin, saya paling menyukai naik klotok yang kali ini. Entah karena air nya yang hijau, pemandangannya yang bagus, rumah-rumah diatas danau, dan juga airnya yang cukup tenang, pokoknya saya suka naik klotok yang kali ini. Pas sampai di Pulau Pinus, saya sedikit kecewa karna fasilitas yang disediakan belum memadai, apa mungkin karna objek wisatanya baru ya? Toilet yang tidak ada airnya, dan juga sampah makanan yang berserakan, mengurangi bagusnya view di Pulau Pinus ini. Pulau Pinus ini dihubungkan dengan jembatan untuk ke pulau sebelahnya kalau mau menuju ke Bukit Batas. Nah, kita disana bebas memilih mau stay aja di Pulau Pinus atau mau ikut trekking ke Bukit Batas. Saya awalnya udah milih, nggak mau ikut-ikut trekking gitu, capek dan saya juga barusan selesai makan. Ntar bahaya kalau abis makan langsung ikutan trekking gitu.

Permukiman nelayan di danau 

Beberapa teman dekat saya ada yang ikut, ada yang enggak. Nah saya benar-benar galau karna teman dekat saya ada yang ikut, akhirnya saya lari-lari nyusul dia buat ikutan. Padahal saya pakai sendal jepit doang, dan sendal jepit ini keliatan udah hampir putus pula. Pas mau registrasi di pos, si ibu-ibu nyuruh kita nyatet nomor ojek, karna bisa pakai ojek kalau nggak sanggup, dan biayanya kalau nggak salah 50 ribu. Saya sok-sokan banget pas di awal masih bisa ketawa-ketawa, eh baru 10 menit jalan udah lemah dan ternyata jalannya langsung nanjak, dan makin ke atas full tanjakan semua. (Mungkin karna dari awal saya sudah sombong dan suudzon sama seseorang) Kata siapa tadi yang bilang landai kok, nyesal saya sekarang. Tambah lagi perut saya yang baru aja diisi, bener-bener berontak, dan nggak kehitung berapa kali saya mual-mual dan hampir muntah. Pokoknya trekking ke Bukit Batas saya nyusahin orang banyak banget. Makasih buat kalian-kalian yang udah nemenin, yang mau bawain tas, Maafin temenmu yang nyusahin ini :(. Padahal kalau dibandingin trekking ke Ranu Kumbolo dulu, ke Bukit Batas ini belum seberapa, tapi karna saya yang diawal memaksa diri pergi, tanpa persiapan, dan dalam kondisi pas abis makan yaa gitu jadinya, nyusahin.

Mungkin yang lainnya sampai diatas sekitar 30 menit, saya kayaknya satu jam lebih deh sampai di atas. Tapi pas sampai di atas, Masyaallah pemandangannya super duper luar biasa banget bagusnya. Pulau-pulau keci dan klotok yang dibawah kelihatan bagus banget. Pas saya baru aja sampai di atas, ternyata anak-anak yang duluan sampai udah mau turun dan ngajakin semuanya turun karna langit udah mendung, soalnya bahaya pas turun nanti. Akhirnya kita semua turun dan hari itu nambah lagi cerita kepayahan saya yang menyusahkan orang banyak  :(

Puncak Bukit Batas

ASRAMA HAJI SAMSUDIN NOOR
H-1 sebelum balik balik ke Malang kita nginep di Asrama Haji di Banjarbaru biar dekat dengan bandara dan memudahkan untuk koordinasi pas pulang nanti. Saya nginep sekamar sama siapa lagi kalau bukan sama temen-temen deket. Kamar-kamar disana cukup menyeramkan menurut saya, mungkin karna jarang dipakai ya. Serasa jadi anak pondok tinggal di kamar dengan kasur bertingkat seperti itu.

Sebenarnya masih banyak hal-hal kecil yang tidak tertulis. Yang jelas yang saya sukai dari perjalanan kali ini adalah Alhamdulillah saya mendapat kelompok yang benar-benar nyaman, dan cocok buat teman perjalanan. Makanan Banjar yang sesuai dengan lidah saya, suasana senja di sungai, dan perkampungan unik warga pinggiran sungai yang mirip dengan daerah di rumah saya. Jadi, walaupun sedikit zonk ke Kalimantan karena daerahnya yang nggak beda jauh dengan Riau setidaknya saya pernah menginjakkan kaki di Kalimantan.

Terima kasih kebersamaannya satu semester kemarin :)

Note :
Sebenarnya hari itu, saya mengira seseorang itu tidak ikut nanjak karena seperti bukan dia kalau ikut seperti itu. Saya membuat pertaruhan dengan diri sendiri, kalau misalnya ada dia diatas nanti saya harus foto dengan seseorang itu. Eh ternyata sesampainya di atas, seseorang itu ada, tapi saya yang tak berani :D (Jangan tanya siapa, ini cerita dulu :) )

1 komentar:

Muhammad Noor Fadillah mengatakan...

Benar-benar cerita perjalanan yang mengasyikkan ka. Sya yg orang Kalimantan aja belum semua tempat tadi pernah dikunjungi 😂

Posting Komentar

 
;